Rumah tinggalnya
Istananya
Segala yang ia miliki, dan surganya
“Il Principe”, para penghuni di pulau itu biasa menyebutnya. Sebuah pulau terpencil dan rahasia, dimana kini ia tinggal dan ‘bertahta’ dalam mahligainya.
“T-Tuan Andrei, T-Tuan Andrei…,”
Gemeretak suara langkah kaki ber-high heels mengusik pendengaran sang Lelaki. Lelaki itu menoleh. Ah, sekretarisnya, Naomi.
“Ada apa, Cantik? Ada syahwatmu yang harus aku tuntaskan lagi?” Tanya Andrei sembari mengangkat dagu gadis bermata tajam penuh kenakalan tersebut. Oh, sungguh cantiknya. Ingin rasanya Andrei menyetubuhinya lalu tertidur pulas dalam lembut dekapan payudaranya lagi.
Perempuan tersebut tersenyum. Lalu, menggeleng pelan.
“Tidak, Tuan. Saya hanya ingin mengatakan, terimakasih telah menggauli saya semalam, Tuan. Terimakasih telah menyemprotkan peju-peju hangat Anda pada rahim saya,” tutur Naomi sembari terpejam lalu menunduk sopan, layaknya pelayan restoran jepang pada tamunya.
Dalam sorotan cahaya sore, Andrei terbahak. Ia amati tubuh sekretaris cantiknya ini dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ah, betapa ranumnya sepasang bulatan payudara miliknya. Betapa halus serta lebatnya rambut-rambut kemaluan hitam milik Naomi. Andrei sejenak terpana. Memang sudah ia perintahkan bahwa sekretarisnya ini harus bekerja serta berlalu-lalang dalam istana tanpa mengenakan sehelai benang pun. Alias telanjang bulat. Selain karena Andrei sangat mengagumi lekukan tubuh indah Naomi, telanjangnya gadis ini pun tentu memudahkan sang Lelaki bila ingin menyebadaninya.
“Ah, kamu… terlalu sering bersikap formal, Naomi. Sudahlah. Aku pun senang mengentoti kamu, Sayangku.” bisik Andrei lembut. Jemari kasarnya perlahan membelai rambut, Naomi. Ya, hanya ‘Naomi’. Semenjak gadis ini jatuh ke tangan dirinya, Naomi sudah tak perlu embel-embel JKT48 lagi seperti dahulu, begitulah pendapat Andrei.
Namun, Naomi seperti ‘menolak’ kata-kata bos-nya. Ia menggengam pergelangan lengan Andrei dengan lembut. “T-Tidak. Maksud saya, saya sangat mengagumi stamina serta kekuatan batang kejantanan Anda, Tuan! Cukup sering saya dinodai oleh lelaki, tapi… baru kali ini saya merasakan yang sedahsyat punya Tuan. Sekali lagi, terimakasih untuk multiorgasmenya, Tuan.” desisnya.
“Hmmmh,” Tak tahu harus berkata apa lagi, Andrei pun menghela napas. “I-iya, Naomi. Aku terima rasa penghargaan kamu,” ujarnya. “Anyway, tadi malam kamu squirting seperti kuda, Naomi, hahaha. Sampai banjir seprei ranjang kamu. Menjerit-jerit penuh kenikmatan. Well, kelihatan, sih, jika kamu sangat menyukainya,” lanjut Andrei, mencoba cairkan suasana. Namun Naomi sepertinya sangat ‘menyesal’.
“I-iya, maafkan saya, Tuan! Saya memang perempuan jalang! Tak bisa menahan cairan nakal itu, ah….,”
Andrei mengangkat bahu. “Okey, sekarang… ada dimana dua betina seksi milikku itu lagi? Ada di ruangan saya?”
Naomi buru-buru menggeleng. “T-Tidak, Tuan. Terakhir saya lihat, Dhike dan Melody sekarang bermain di taman air mancur. T-Tuan ingin menyetubuhi mereka segera?”
Masih dengan wajah dinginnya, Andrei pun berdehem. Naomi lekas mengangguk. Dilihatnya Naomi segera berbalik dan berjalan menuju arah selatan. Lekukan pinggul serta belahan pantatnya sungguh terlihat indah kala wanita tanpa busana itu melangkah anggun dengan high heels-nya.
*****************
# Markas Divisi Khusus Pasukan Rahasa TNI, SPEEZA, Jakarta.
BRUKKK!
“Awww, Rexy! Apa yang kau lakukan? Lihat meja kerjamu berantakan, hihihi!” kikik genit seorang wanita cantik kala sesosok pria menghempaskannya lembut ke atas sebuah meja. Gadis cantik itu bernama Jeanice Ang. Berkulit putih, berwajah oriental, serta memiliki seuntai senyum yang amat Kamph Recht sukai.
“Persetan dengan meja kerjaku, Jenny! Pekerjaanku hanyalah bertempur di lapangan, serta ‘kamu’,”
“Aku? Maksudmu? Hihihi”
“Ya, ngentotin memek kamu adalah pekerjaaku, Jenny. So, Sudah seharusnya kamu kuintimi di meja kerjaku, hehehe,”
“Ufffh, Kamph Recht. You’re so romantic. You know what? Aku tuh paling suka digaulin di sini, Sayang… di meja kerjamu. I feel… so important, mmmhh,”
Kamph Recht? Ya. Tak banyak yang benar-benar mengetahui siapa dia. Siapa nama asli, serta keluarga asalnya. Yang jelas, paras tampan, mata kebiruan, serta hidung mancungnya menunjukkan bahwa ia bukanlah murni berdarah Indonesia. Namun, ia sangatlah fasih memakan rendang lagi berbahasa negeri Khatulistiwa tersebut. Selain itu, ia juga tergabung dalam satu Tim Pasukan Rahasia Angkatan Bersenjata Indonesia, dengan kode tim SPEEZA. Kumpulan manusia-manusia ‘pilihan’ dengan kekuatan serta kemampuan luar biasa.
“Ssshh, ah…,”
Kembali ke sang Gadis, ia kini mengerang. Rupanya, Rexy tak ingin menunggu lama lagi untuk menyetubuhi kekasihnya. Cepat-cepat ia tanggalkan celana green army serta dalamannya, demi memperlihatkan batang kejantanan miliknya yang telah mengacung tegak pada Jeanice.
“Lihat, Jenny. Dia sudah tak sabar ingin pulang ke rumahnya. Vagina sempitmu.”
Jeanice pun perlahan membelai lembut kepala penis berpermukaan bulat licin itu dengan jemarinya. Setelah itu, Rexy hempaskan kaosnya, hingga kini raga sang Prajurit total bertelanjang bulat hanya dengan seuntai kalung di lehernya. Lututnya bergerak naik, mulai turut menapaki meja. Ia lalu memposisikan diri menindih Jeanice dengan posisi missionary. Kontan, rangkulan tangan gadis itu pun langsung membelit mesra sang Pejantan seraya membuat gerakan membuka lebar-lebar kedua pahanya.
Jeanice sendiri, sebetulnya saat itu masih berpakaian lengkap. Namun, rok kulit yang ia kenakan sangatlah pendek. Hanya dengan menariknya saja ke atas hingga pusar, tungkai sang Gadis yang bersepatu boots sepaha itu pun kini leluasa untuk naik menyilang serta ‘mengunci’ pinggul Rexy. Jeanice mengenakan celana dalam hitam renda-renda bermodel nakal dengan celah di bagian lubang memeknya, menandakan bahwa ia benar-benar ingin dinodai.
“Ready to be fucked, hey, Lady Cosplay?”
“Cepethann, Rexyyy… jangan banyak omong! Entot ak— AAAAH!”
Rexy menelusupkan ‘tombak’-nya. Jeanice menjerit! Betatapun sudah licin dan ‘ngiler’-nya dinding kewanitaan menghadapi penis Rexy, tetap saja besarnya ukuran itu selalu membuatnya nyeri!
Namun, dirinya sudah biasa digagahi prajurit berkemapuan khusus ini. Jeanice pun dengan sabar lalu memutar-mutar pinggulnya, sementara Rexy membuat gerakan penetrasi nan lembut sembari mengecup kening Jeanice—sebelum turun ke bibirnya. Rexy tahu, pacarnya ini sedikit kesakitan. Lalu kemudian, seraya berciuman saling bertaut lidah, kedua insan ini pun terus membuat gerakan sodok-putar.
Satu yang Jeanice suka dari Rexy adalah, di balik penampilan serta gayanya yang sedikit kaku, sebenarnya ia adalah tipe pria yang lembut. Terlihat, dari caranya menusukkan penis. Begitu halus dan sabar, memberikan kuasa tempo persetubuhan pada Jeanice, hingga rongga kemaluan gadis itu terasa siap dan nyaman melayani sodokan-sodokan ‘rudal’ Rexy.
Slphh… slppphh… slppphhh… slpphh…
“Mmmmh… Rexy… kontol kamu galak banget, Sayanghhh… Susah jinakkinnya aashhhh,”
Rexy mengecup telinga Jeanice, “Udah enakan memeknya, Jen? Relax, Sweetie… malem ini malem punya kamu.”
“Ya, prajuith! Uuugh! L-Layani memek aku semalam suntukhh! Mmmmh,”
“Siap, Cantik!
“Sssh— UUGH!”
Clap! Clap Clap! Clap! Clap!
Tempo sodokan Rexy melaju. Tak usah diberitahu pun Jeanice tahu kalau malam ini adalah miliknya. Hari ini, adalah hari ulang tahun Jeanice. Sebuah hadiah ‘sederhana’ yang gadis itu inginkan; percintaan yang romantis diiringi serangakaian ledakan-ledakan orgasme beruntun hingga ia tidur terlelap, dalam dekapan dada bidang sang Perkasa.
Dan, Tak butuh lama bagi Jeanice untuk mendapatkan kejatan nikmat pertamanya. Hanya butuh lima menit bagi Rexy beserta kontol kekarnya untuk ‘memainkan’ hentakan-hentakan pinggul kekarnya, sang Gadis pun sudah terlihat mengejat-ngejat nikmat.
“Aaah, R-Rexy! E-enak banget daleman memek aku dikocok! AAAAHG!” pekik Jeanice seraya membusurkan tubuhnya dengan seksi. Indah melenting. Kepalanya menengadah ke belakang, pupil matanya tenggelam, menikmati lezatnya ekstasi persetubuhan.
CLAK! CLAK! CLAK! CLAK! CLAK!
“H-Hadiah, untukmu, Sayang! Ulang tahun kekasihku yang c-cantikhh, dan setia menemani aku!”
“AAAAAHNG—“
CLAK! CLAK! CLAK! CLAK! CLAK!
“R-Rexyyyh… a-aku mo k-keluar, Sayanghh… a-aku mau keluaaaar!”
Sembari terus menindih-setubuhi Jeanice, Rexy memejam nikmat. Bisa lelaki itu rasakan otot kewanitaan kekasihnya ini menegang keras. Mencengkeram erat batang penisnya, seakan tak ingin ‘berpisah’.
CLAK! CLAK! CLAK! Srrrr… srrr….
“Aaaahng— Rexyyyyhhhhhhh…,”
Terdengar lenguhan serak nan panjang. Rexy mulai merasakan lubang pipis Jeanice menyemburkan cairan-cairan cinta tertahan. Jelas, gadis cantik baru saja menapaki usianya yang ke-20 ini telah terhisap alam orgasmenya. Kejangan-kejangan kecil sekujur raganya tak ubahnya seperti orang ‘kesurupan’.
Lembut, Rexy pun mengecup kening kekasihnya itu yang telah basah oleh licin keringat. Begitu harum dan menggairahkannya aroma Jeanice. Lelaki tersebut lalu memperganas hentakan, menusuk-nusuk kejantanan besarnya pada liang kehormatan Jeanice yang sudah lemas tak berdaya.
CLAP! CLAP! CLAP! CLAP! CLAP!
“Sssh, ah! Fuckin’ shit! Legit banget kemaluan kamu, Jeanice! Aaargh!”
Ternyata, Jeanice belum menyerah! Bisa Rexy rasakan gerakan otot kewanitaan perempuan ini kembali ‘mencekik’ batang kebanggaannya, meremas-remasnya!
“A-ayo, prajuritku. K-kau pasti bisa menahannya, hihihi!” desah Jeanice seraya mengumpulkan kembali tenaganya. Ia goyang-goyangkan putaran pinggulnya memelintir kejantanan kekar Rexy, kontan saja hal ini terasa dahsyat ‘efek’-nya menggelegari sekujur sistem syaraf Rexy! Kantong buah zakarnya riuh berkedut-kedut serasa ingin ‘meledak’.
“AAAAAH! JEANICEEEEEE! UUUUUGHHH!”
Rexy menengadah. Bak serigala melolongi bulan purnama. Hanya bisa terpejam lekat lelaki gagah itu meresapi seluruh cambukan rasa klimaks kala batang penisnya menyembur-nyemburkan cairan kental putih di bawah sana, di dalam hangatnya ‘pelukan rindu’ relung kewanitaan Jeanice. Jeanice menarik kepala Rexy lalu melumat-lumat bibirnya. Sejenak, sepasang kekasih itu berpagutan mesra. Saling membelai-belai lidah. Jeanice tampak santai membiarkan lahar-lahar hangat tersebut menggenangi isi vaginanya. Ibarat tak ada sama sekali niatan dari sang Gadis untuk menghindari kehamilan.
“Hhhh… hhh… hhhh…,”
Plop!
Batang penis tercabut, basah berkilau oleh lumuran pelumas cairan syahwat kebetinaan, lalu…
Bluk!
Tubuh Rexy pun pelan terjatuh. Ia lalu sedikit berguling menyamping. Memandangi wajah perempuannya yang cantik dan baru saja dibuahi.
“Hhh… hhh… hhh…. b-bagaimana, Sayang? K-Kamu suka? Hadiahmu yang pertama? Heheheh!”
“Rexyyy!” rengek jeanice manja sembari turut memiringkan badannya. Kini, sepasang kekasih tersebut pun berhadapan. Saling bersitatap memandang rindu. “Hamili akuuu, Rexyyy! Nikahi akuuu! I want you forever,”
“I will, Honey” bisik Rexy membelai rambut Jeanice. “Aku akan—”
Krrrrzzzk! Krrrrzk! Krk! Krk!
“Sersan Kamph Recht! Sersah Kamph Recht! Diharap menghadiri rapat darurat di ruangan Z-01 sekarang. Perintah dari Kolonel Aryo Prasetio. Segera!”
Ucapan Rexy terpotong. Jeanice mendengus. Tiada kata yang mampu menggambarkan guratan rasa kesal di wajah sepasang manusia tersebut. Suara datar sesosok wanita dari interkom, menginterupsi kesyahduan suasana pasca-persetubuhan mereka.
“Dimohon untuk tidak membawa wanita ke ruangan kantor, Sersan Recht. Apalagi, melakukan tindakan asusila. Silakan menuju ruangan Z-01 sekarang, Sersan.”
Rexy menghela napas. Gerutuan-gerutan kecilnya masih berhamburan kala lelaki melompat itu turun dan lekas buru-buru berpakaian. Ia kenakan kembali kaus oblong militernya beserta celana loreng.
“Usahakan memakai pakaian resmi dan rapi, Sersan. Dan kepada Nona Jeanice, silakan membersihkan diri di toilet kantor. Ruangan Sersan Kamph Recht mesti disterilkan selama ia mengikuti rapat.”
“Shit! Dasar kampret!” celetuk wanita bertubuh ramping nan seksi itu tanpa sadar menyebutkan ‘nama’ kekasihnya.
*****************
# Ruangan Z-01, SPEEZA, Jakarta.
Semilir dingin angin hembusan Air Conditoner menerpa wajah tegang pria berbaju perwira dengan serangkaian insignia berpangkat Kolonel tersebut. Sembari membisik-bisikan sebuah nama, diremasnya kursi besar komandan miliknya di sisi utama. Di depannya, telah siap sebidang meja rapat berbentuk setengah lingkaran. Empat buah kursi tampak mengosong kaku, tersusun berjejer membulat. Ruangan yang cukup tegang nan kaku dinaungi pencahayaan minimal layaknya bunker rahasia.
“Andrei… Andrei Dyastov Pratamawan… Akhirnya, kutemukan juga tempatmu. Kukirim kau ke neraka, segera!” desisnya.
Dengan sabar, ia menunggu anggotanya. Membetulkan posisi baretnya sejenak. Lalu, ia berbalik. Menatap gambar sebuah pulau yang terpampang di layar proyektor besar. Pulau rahasia ‘Il Principe’.
Cklek….
Suara pintu terbuka. Kolonel Aryo berbalik. Ia berikan senyum terbaiknya di malam itu, kepada dua prajurit terbaiknya. Sang Kolonel mengusap-usap dagu berjanggut tipisnya, menatap salah satu dari mereka.
Sersan Kamph Recht.
“Selamat Malam, Sersan Kamph Recht. Maaf mengganggu aksi persetubuhan Anda.”
Lalu, satu lagi,
“Dan, Sersan Anita. Maaf juga telah mengganggu kegiatan bermasturbasi Anda.”
“….”
Tiada balasan dari dua orang tersebut. Mereka hanya menarik kursi mereka masing-masing, seraya menatap sang Komandan dengan kaku.
“So… tirai telah terbuka. Misteri akhirnya terungkap, hahahaha!” tawa Kolonel Aryo sembari merentangkan lengannya. “Inilah! Inilah markas rahasia Andrei Dyastov! Tempat ia bersembunyi bagai tikus dan mencabuli korban-korbannya, hahahaha!”
“Jadi, benar, beberapa anak anggota grup idol JKT48 yang hilang diculik semenjak tiga bulan belakangan ini, ada disana!” sergah Sersan Anita, menatap komandannya dengan semangat. Anita sangat benci pelecehan seksual terhadap wanita, sesama kaumnya. Maka, ia sangat ingin membunuh si Bajingan Andrei Dyastov segera.
Ah, tidak.
Memotong batang kemaluannya terlebih dahulu, sebelumnya.
Akhir-akhir ini, terhitung dari sekitar tiga bulan kebelakang, negara memang telah digegerkan oleh berita hilangnya beberapa anggota idol group JKT48. Hal tersebut sungguh menggagu stabilitas keamanan. Bahkan, beritanya santer sampai ke seluruh dunia, mengingat sang Tersangka Utama adalah buronan internasional, Andrei Dyastov. Santer pula selentingan gosip bahwa manusia ‘haus percintaan’ ini mempunyai sebuah mesin berbahaya. Ya. Alat pencuci otak! Alat yang katanya biasa ia gunakan, untuk mem-’program ulang’ pikiran gadis korban-korbannya. Membuat mereka tunduk dan haus untuk disetubuhi sang Penjahat layaknya para budak seks.
Rexy berdehem. Ia menaruh gelas berisi air mineralnya yang baru ia teguk. “So? Jadi gimana? Kita serbu pulau itu? Air strike? Bombardir? Atau, bagaimana?”
“Tidak… tidak, Kamph Recht. Tidak begitu caranya! Akh, kau selalu menjadi idiot sehabis membuang sperma-spermamu, Rexy!” geleng Kolonel Aryo. “Kita harus menghabisi Bajingan ini dengan sunyi. Ya, dingin dan sunyi.”
“Bagaimana caranya?” bahu Rexy terangkat.
“Ah, kamu seperti yang tidak tahu saja. Hahahaha!” Gelegar tawa Kolonel Aryo kembali membuncah. “Akan kukirim kau beserta tubuh ‘setengah robot’-mu ke sana. Ingat, misi utama kita adalah menyelamatkan bocah-bocah cantik anggota JKT48 tersebut. Hanya boleh ada satu korban, yaitu Andrei Dyastov. Dan… ehm, tentu saja para pengawalnya.”
“….”
“Well, bakal sulit sepertinya untuk mengevakuasi mereka. Satu lagi yang harus diingat, Kamph Recht, gadis-gadis cantik ini telah hilang ingatan. ” Kalian boleh menggunakan peluru bius bila terpaksa,”
Sersan Anita terkekeh garing. “Ha ha ha. Mudah untuk dikatakan, Kolonel.”
“Yah, setidaknya, tidak semudah batang dildo besar berurat itu melesak kedalam liang kemaluanmu,” sindir Kolonel Aryo. “Kemaluan lengket, tembem, serta berbulu lebatmu, Anita. Ehm… pernahkah kau bercukur?’
Sersan Anita menggeram kesal. Ingin rasanya ia meninju komandannya ini. “Anda bilang minggu lalu akan menyingkirkan kamera-kamera laknat di ruangan kantor kami, Komandan. Ternyata Anda penipu!”
“Sudah kusampaikan, Anita, hahaha,” Kolonel Aryo tertawa, “tapi… sepertinya pegawai-pegawai sekuriti di sini masih ingin menikmati pemandangan memek indahmu.”
“Apa?!” Anita melotot tak percaya. “Lalu, tindakan Anda?”
“Tidak ada.” Kolonel Aryo menjawab singkat. Ia terkekeh mesum.
Tak ada yang bisa dilakukan Anita. Hanya bisa mengangkat bahu sersan berambut panjang berkuncir kuda itu seraya memutar bola matanya. Sebagai anggota pasukan rahasia, ia memang diperkenankan untuk bermodel rambut apa pun.
“….”
Sunyi sesaat. Kebisuan serta merta menyelimuti ruangan rapat. Sebelum, dipecahkan kembali oleh Rexy.
“Segala informasi mengenai Andrei Dyastov ini… anda dapatkan dari mana?”
PLAK!
“Oh, iya!” Kolonel Aryo tiba-tiba menepuk jidatnya. “Euuh, Anita. Bisa tolong ambilkan martabak telor spesial yang ada di ruangan saya? Tadinya, saya sengaja beli untuk menemani kita rapat. Tapi, mendadak lupa, hahahaha!”
Kembali, Anita memutar bola mata. Diiringi dengusan kesal serta wajah bete-nya, ia meraup card-key ruangan kantor Kolonel Aryo yang digoyang-goyangkan sang Pemilik di tangannya, lalu menghambur keluar.
BRAK!
Pintu ditutup. Dan, seketika pun, lengan kekar Kolonel Aryo yang bergores-gores tanda luka bekas pertempuran langsung meraih kerah jas tentara Rexy. Membisikan sesuatu informasi yang tampaknya—well, tentu saja—rahasia.
“Rara… Letnan Dua Rara… terperangkap di pulau itu! Sebelumnya, saya yang mengirim dia tanpa izin untuk menggali segala informasi! Namun, saya tiba-tiba hilang kontak!”
“What? Kenapa tanpa izin?” Rexy membelalakkan mata.
“Birokrasi, Rexy! Lama! Lagipula, Anita akan mengamuk-ngamuk! Kamu tahu, kan, kalau Rara dan Anita sepasang kekasih? Mereka lesbian? Yang semua tahu, Rara sedang cuti liburan dan pergi ‘menepi’ ke Himalaya.” desis Kolonel Aryo. “Besar kemungkinan ia telah tertangkap dan… kalau tidak dibunuh, ya dicuci otak jadi perempuan pemuas nafsu Andrei Dyastov! Cepat selamatkan dia, Sersan! Bunuh Andrei Dyastov di persembunyian rahasianya!”
“….”
“Setelah kau berhasil eksekusi Andrei, saya akan menyerbu pulau tersebut bersama sepasukan khusus dari markas pusat! Menghabisi pengawal-pengawalnya. Kau harus dahului kami dan bebaskan Letda. Rara, Sersan! Harus!”
Rexy cepat-cepat mengangguk patuh. Wajah ‘bodoh’-nya kala itu memang sedikit menurunkan semangat optimisme Kolonel Aryo. Namun, ia tak punya pilihan lain.
“Nanti malam, biar saya suruh Sersan Irham mengantarkanmu ke pulau itu. Terletak di bagian timur pulau Sumatera. Dekat Samudera Hindia. Oke?”
“Siap, Kolonel!”
Rexy memberi hormat kepada Kolonel Aryo, dimana ia ingin bersikap resmi, namun malah mengundang tepukan jidat dari komandannya tersebut. Akhirnya, Anita pun telah kembali ke ruangan dengan sebungkus martabak pengisi perut. Rexy duduk di kursinya sembari sedikit merenung.
Rara…
Letda. Rara…
Ah, sahabat baiknya ini… tak bisa dibayangkan bila ia ‘jatuh’ menjadi budak seks Andrei. Sungguh menyedihkan. Satu hal yang Rexy sukai dari wanita berpotongan rambut pendek nan tomboy tersebut ialah, sifatnya yang periang. Galak, namun terkesan ramah dan manis.
I’ll save you, Baby. Don’t Worry.
*****************
# Il Principo Island. 10.30
Siang itu, awan masih menggumpal tebal menutupi sang Matahari di kawasan sebuah pulau terpencil di lautan—dimana si Pemilik memberi nama ‘Isla del Principo’. Ya. Isla del Principo. Di sanalah sebuah Istana bergaya villa mediteranian berdiri. Tempat persembunyian mewah sang Buronan, Andrei the Half-human. Entah mengapa lelaki berbadan besar dan berparas dingin itu dijuluki demikian. Literally, atau, secara kiasan. Bisa dua-duanya. Santer diberitakan bahwa manusia yang lahir di kota Bandung dan memiliki ayah seorang Rusia ini memiliki tubuh yang ‘setengah robot’. Sayangnya, kekuatan yang ia miliki tidak ia gunakan untuk kebaikan. Melainkan, ambisi diri. Entah apa yang ada di pikiran Andrei Dyastov saat ini, kala ia menculik anak-anak anggota sebuah grup idol bernama JKT48 dari Indonesia dan menjadikannya gundik-gundik seks di ‘istana’. Half-human. Setengah manusia. Ya. Sebutlah ia demikian.
Anyway, meski tak terlalu besar, bangunan istana villa mediteranian itu terlihat nyaman dan asri dipandang. Asritekturnya bergaya modern. Halamannya terlihat rapi, seperti ditata oleh tukang kebun yang profesional. Ahhh... benar-benar sebuah impian gila! Impian menjadi nyata! batin sang Pemilik liar dari balik sebuah pohon palem besar. Ia menatap seekor kelinci di halaman sana, lincah berlari di rerumputan yang hijau.
Andrei Dyastov, terus melangkah. Menapaki jalan taman istana yang menyegarkan matanya. Hingga tiba di sebuah bangunan terpisah. Bentuk bangunan itu, agak ‘tersembunyi’. Tertutupi oleh pohon dan dedaunan serta tanaman rambat.
Krieeeet...
Il Principe pun membuka pintu, yang terbuat dari bahan baja nan kuat. Segera, ia disambut oleh sesosok lelaki kurus berjas laboratorium putih.
“Bagaimana keadaan calon kelinciku yang bernama Ayana itu? Apakah ia sudah selesai diprogram? Siap untuk saya gunakan dan nikmati?”
Tergopoh-gopoh, lelaki kurus berkacamata bulat itu mendekati Tuan Andrei. Ia membungkuk-bungkuk bak pelayan setia seorang raja. Tampang culun serta raut menyedihkannya, mampu membuat orang-orang tak percaya ia bagian dari komplotan Andrei.
“S-Siap, Tuan! Otak A-Ayana... telah diprogram menjadi bintang porno amatir sesuai keinginan Tuan. S-Silakan dinkmati, Tuan.” Jawabnya. “A-Ayana! Kemarilah, Cantik. Ini Tuan Andrei ingin menyapa kamu!”
Lalu tiba-tiba, munculah sesosok gadis belia nan cantik menawan mendekati ‘sang Pangeran’. Gadis itu, bermata bulat dan indah bak permata dari dasar dunia. Memiliki keanggunan paras yang sulit dijelaskan—ibarat keindahan dari barat dan timur bersatu dalam hangatnya bumi khatulistiwa. Ayana. Ayana JKT48. Anggota grup idol terakhir yang Andrei culik, sekaligus yang paling ia inginkan. Akhirnya, aku memilikimu, oh, Ayana….
“Selamat siang Tuan Andrei. Saya Ayana… siap untuk melayani tuan dan berakting porno sebisa saya untuk memuaskan Tuan. Dimohon, pakailah tubuh saya sesuai keinginan Tuan. Jangan ragu.”
Ayana membungkuk ramah sembari memejamkan mata pada Tuan Andrei. Seketika, isi gundukan nakal di dalam celana lelaki berbadan kekar itu pun menggeliat. Tentu saja, karena seperti halnya Naomi, Ayana pun kini tak mengenakan sehelai penutup badan pun dan tanpa rasa malu menampilkan lekuk-lekuk tubuh seksinya pada Andrei. Bibir vaginanya yang mungil dan tak berbulu di selangkangan sana sungguh memprovokasi hawa nafsu Andrei.
Saya ingin ngentot perempuan ini. Ya… izinkanlah saya berteriak pada dunia; SAYA INGIN MENIKMATI TUBUH GADIS CANTIK INI!
Deru nafas Andrei berburu kencang. Andai ia tak memiliki satu rencana kecil untuk Ayana, mungkin ia akan menyetubuhi gadis ini sekarang juga! Tak peduli ia harus melakukannya di depan profesor Tono, si Culun Berkacamata yang juga kemaluannya menegang keras melihat belahan pantat bulat Ayana dari belakang.
“Ah... ingin rasanya aku mengintimi kamu lagi, Cantikku. Tubuh tua ini, serasa kembali muda saat ‘menancap bersatu’ dengan tubuh lezatmu, Ayana....,”
Tono, sang Profesor.
Tanpa sang Pangeran ketahui, ia telah mendahului bossnya. Tadi malam, baru saja ia menyemprotkan benih-benih alias sperma berkualitas cerdasnya pada rahim Ayana.
Worth to die for.
“Jangan bertindak bodoh, Ayana. Atau, kita berdua akan mati!” batin sang Profesor sembari membelai lekukan bokong sang Gadis. Tentu saja dalam khayalannya.
Program cuci otak, tidak berjalan dengan baik. Bahkan, gagal total. Tentu saja demikian. Karena dengan sedikit godaan dan bujukan nikmat persetubuhan dari Ayana, sang profesor pun ‘berkomplot’ memainkan sandiwara!
Ah Ayana... di balik wajah dan ekspresi polosmu, ternyata tersimpan jiwa nekad dan pemberani! batin Tono sekali lagi
“Hmm... bagaimana, Ayana? Sudah siap? Kita jalan-jalan keliling istana?” tanya sang Pangeran membelai puting payudara Ayana. Dengan sopan, Ayana pun mengangguk.
“S-Siap Tuan. Saya ingin sekali melihat istana nan indah milik Tuan. Lakukanlah, Tuan.” balasnya.
Tuan Andrei lalu tertawa terbahak-bahak. Tangan kekarnya meremas gundukan pantat telanjang Ayana. Kemudian, lelaki itu membimbing betina barunya berkeliling tanpa busana, menjelajahi istananya. Tanpa bajingan itu ketahui, sebelumnya Ayana pun sekelebat menoleh berbalik mengedipkan sebelah mata pada sang Profesor.
“Makasih om Tono. Kapan-kapan, Ayana pengen dientot om Tono lagi...,” senyum sang Perempuan ‘berpamitan’ pada si Profesor.
*****************
Setelah berputar-putar keliling istana memamerkan raga telanjang serta belahan memek mungilnya, Ayana pun akhirnya tiba di sebuah pintu besar di area bangunan utama istana Andrei. ‘Studio pribadi’ sang Pangeran. Menyalakan sebatang cerutu, lelaki dingin itu langsung membimbing 'aktris' barunya masuk ke dalam ruangan.
“Gapapa, sepatunya ga usah dilepas...” ucap sang Pangeran. Ayana mengangguk mengerti. Ia tetap kenakan sepatu platform merah seksi berhak tinggi 15 sentinya menapaki karpet permadani.
OH MY GOD! T-t-tempat apa ini?
Mendadak, Ayana tercengang. Beberapa langkah setelah memasuki pintu tersebut, tungkainya seketika terhenti. Matanya berkeliling takjub, menjelajahi suasana dalam ruangan yang... sungguh lebih mirip studio itu, dibandingkan sebuah 'kamar'.
“I-i-ini... kamar, Tuan?” tanya Ayana heran melirik Tuan Andrei.
“Bukan. Ini studio film porno. Kita shooting, ya, sekarang, Ayana? Shooting perdana kamu,” bisik Andrei lembut.
Ayana menggaruk-garuk kepalanya, “A-aku kira, Tuan ingin menodai tubuh saya siang ini, hehee,”
“Tidak, Ayana. Saya ingin melihat kamu shooting film porno dulu. Lalu, malamnya kamu saya sebadani, sehabis menonton film itu,” tukas sang Pangeran dingin namun perlahan mencair halus. Bisa Ayana rasakan secercah nada kehangatan di suaranya “Jangan takut, Ayana. Film ini, hanya untuk saya. Tubuh indah telanjangmu, hanya milik saya! Tak akan saya bagi!”
Masih diliputi rasa penasaran, gadis berambut panjang halus itu pun kembali meneruskan langkahnya. Kakinya bergerak pelan, menyusuri tiap sudut ruangan. Di sana, ia melihat beberapa set lampu yang berdiri tegak mengarah meja. Beberapa gulungan kabel, tampak bergulungan seperti mie di beberapa sisi. Ditambah lagi, potongan-potongan kertas yang berserakan di lantai. Pokoknya, benar-benar seperti ruangan membuat film!
Benar-benar sakit. Benar-benar sakit jiwa lelaki ini. Pantas saja ia dijuluki half-human.... batin Ayana takjub, tak sanggup berkata-kata. Lalu, bagaimana caranya aku melarikan dari sini? Tak rela aku selamanya pura-pura bertingkah tercuci otak dan menjadi budak seksnya! pikirnya lagi, sembari meraba meja besar di tengah ruangan itu.
“Oke. Sambil menunggu asisten saya kemari, kamu... naik ke atas sana dulu, ya, Ayana!” perintah sang Pangeran, menunjuk meja yang sedang dipegang sang Gadis.
Dengan perasaan tegang dan was-was, Ayana pun akhirnya menaiki meja tersebut, duduk di sana. Kakinya ia selonjorkan lalu sedikit digoyang-goyangkan, mencoba untuk rileks.
Sejenak, sang Pangeran diam menatap jendela sembari mengusap-usap dagunya. Lalu, ia berdehem.
“Ah, ya. Sepertinya, asisten saya udah dateng! Ayo, cepet siap-siap!” seru sang Pangeran, menepukkan telapak tangannya. Rupanya, tak butuh waktu lama bagi lelaki bertubuh besar itu untuk menunggu. Dengan sigap, ia langsung melangkah pergi dan membuka pintu.
“Mengapa lama sekali? Masih terasa sakit, Sayang, selangkangan kamu, setelah saya setubuhi semalam suntuk?” sapanya ramah.
Terdengar suara perempuan menjawab. “A-ah. I-iya Tuan Andrei. Dahsyat sekali T-Tuan kemarin malam menyetubuhi saya. S-saya sampai kewalahan. Benih-benih Tuan tertampung banyak sekali di dalam rongga kewanitaan saya.” jelasnya.
Sementara itu, di atas meja Ayana terperanjat. Sepertinya, ia mengenali suara tersebut!
Tuan Andrei menyeringai “Hehehe... itulah akibatnya jika kau coba-coba mengintai saya, Letnan Rara! Kau akan saya hamili. Perempuan kuat dan lincah seperti kamu, pantas untuk menjadi ibu dari anak-anak saya! Hahahaha!” sang Pangeran pun seketika terbahak-bahak.
Rara tertunduk polos. “L-Lakukanlah apa yang Anda suka, Tuan. T-Tubuh saya, kini milik tuan seutuhnya. Saya siap mengandung bayi tuan dan memelihara anak tuan!”
“HAH? LETNAN RARA?”
DEG!
Mulut Ayana ternganga lebar. Letnan Rara adalah prajurit spesial yang menjadi pelindung dan penjaga anggota tim JKT48 pasca hilangnya Naomi dan Dhike secara misterius! Letnan Rara adalah perempuan yang hebat. Ayana sungguh mengagumi Rara.
Mengapa bisa begini? Ayana membatin sedih. Yang ia tahu, Letnan Rara tengah pergi liburan dan akan kembali lagi. Tapi, mengapa ia sekarang ada di sini? Dan bisa pasrah disetubuhi oleh maniak bernama Andrei ini?!
Jangan-jangan, Letnan Rara telah diculik pula dan dicuci otak layaknya Naomi dan Dhike. Serta Melody, Jessica dan Nabilah yang juga terperangkap di istana nista ini.
Ayana memicing heran. “T-Tuan Andrei, w-wanita itu...,”
Andrei Dyastov segera berjalan mendekati Ayana. Dengan tenang, ia mengecup kening sang Gadis.
“Perempuan ini namanya Letnan Rara, Ayana. Dia asisten saya. Nafsu birahinya besar sekali Ayana. Saya sampai kewalahan.”
Merasa tak tahu lagi apa yang harus dikatakan, akhirnya Ayana pun terkekeh nakal. “Hehehe... begitu ya,” jawabnya genit sembari mengecup pipi sang Pangeran.
“Letnan Rara, bisa kamu segera kemari? Dan telanjang bulat seperti Ayana?"
Dengan patuh, Rara pun menyahut. Lalu, cepat-cepat ia lucuti semua pakaiannya di depan Ayana. Pertama-tama, ia hempaskan tank-top merah nya ke sofa putih yang letaknya tak jauh dari sana. Setelah itu, dilanjutkan dengan strapless bra hitamnya yang tanpa tali, yang masih menyisakan aroma parfum chanel yang biasa ia pakai.
“Oooh, betapa indahnya buah dada Kak Rara!” Ayana tercekat.
Tak cuma sampai di sana, Rara pun kembali melanjutkan aksinya. Dalam sekejap, ia jatuhkan rok jeans mininya ke lantai. Lalu ia turunkan celana dalam hitam berenda-rendanya. Bisa Ayana lihat ‘jejak-jejak’ sesuatu yang lengket di kain bagian kewanitaannya.
“Hari ini, sepertinya saya tengah masa subur, Tuan Andrei. Sel telur di dalam tubuh saya sedang matang-matangnya. Saat yang tepat untuk membuahi saya, Tuan, bila Tuan ingin segera menghamili saya.” tukas Rara datar melangkah manja pada lengan sang Pangeran yang tengah berdiri di santai belakang Ayana.
Ayana mengamati dengan seksama area kewanitaan Letnan Rara. Memiliki rambut-rambut halus yang dicukur bentuk kotak. Bentuknya sungguh ‘dewasa’ dan menggiurkan. Meskipun bibirnya agak menganga disetai daging-daging labia minora yang mengintp, namun alat keintiman itu masih terlihat legit untuk dijilati. Sekiranya, begitlah pendapat Ayana.
“Ah, sabarlah, pelacurku. Malam ini, saya akan menyetubuhi Ayana dulu. Kamu, besok malam, oke?” ujar sang Pangeran.
Ayana menatap tubuh telanjang Rara dengan takjub. Tak menyangka, prajurit wanita jagoan ini akhirnya bernasib mengenaskan.
“I-iya,Tuan. M-Maafkan atas kelancangan saya! M-mohon dimengerti, s-saya adalah perempuan binal yang sulit menahan birahi! S-silakan buahi rahim saya kapan saja yang T-Tuan mau!”
*****************
# Il Principo Island. 22.30
“Hueekkkkkk!”
Gubrak!
Satu penjaga depan telah jatuh. Dengan picingan serta delikan-delikan mata awasnya, Sersan Kamph Recht kembali mengawasi suasana. Baru saja ia melompat menerobosi tembok istana, dan kini lelaki tersebut langsung berusaha meneliti di mana ruangan sang Pangeran berada. Kini, ia masih berada di ‘taman surga’ sang pangeran
“Jacky! Wooi Jacky?! Dimana elo? Kenapa pos elo kosong?”
SHIT! Siapa pula itu! Fuck, ada lagi temenya!
Sersan Kamph Recht melompat dan bersembunyi di semak-semak. Beberapa detik ia berpikir, apakah ia harus membunuhnya dengan senapan tanpa suara? Pisau commando? Tangan kosong?
Ah, akhirnya ia putuskan dengan tangan kosong saja. Memelintir lehernya.
Rexy pun bergerak sunyi tanpa suara, dan—
KREEKKKKK!
Satu penjaga lagi kembali terjatuh
Sejenak Sersan Kamph Recht menarik napas dan terdiam, namun tiba-tiba—
VROOOOMM!
Bola mata prajurit itu bersinar. Tiba-tiba dari kejauhan, terdengar suara decitan mobil. Jeep militer berwarna hijau, dengan dempul sana-sini. Agak berkecepatan tinggi untuk ukuran jalanan taman istana. Rexy makin tercekat kala mobil itu makin liar menggelinding. Lalu setelah itu, dengan pikiran cepat dan otak yang (mendadak) briliannya pun sang Prajurit berguling ke samping!
Rexy mengeluarkan pistol ber-silencer nya
Shhht! Shhhht! Shhhht! Shht! Shhhht! Shhhtt!
BRUAAAAAAK!
Sang pengemudi tertembak kepalanya! Dan, Jeep rongsokan itu pun seketika menabrak pohon!
“WOIII!”
“SIAPA KAMU!”
“PENYUSUP LAGI, YA?”
Rexy belum sempat untuk mengisi peluru kala keluar melompatlah tiga sosok lelaki dari Jeep ringsek yang telah tertancap kaku di batang pohon mangga tersebut. Terpaksa, ia harus menggunakan tangan kosong!
“HEAAAAAAAA!”
Rexy melompat. Menendang telak kepala lelaki berkupluk penumpang Jeep yang ternyata membawa senapan otomatis. DUGGH! Senapan di tangannya melayang. Orang itu pun berputar terhuyung-huyung sejenak sebelum terhempas lemas di tanah
KRAAKKKK!
Pelintiran leher Rexy kembali membawa korban!
Sementara di sekitarnya, mulai merogoh-rogoh jaket lelaki berkupluk lain, sebut saja Kupluk Dua, mencari-cari senjatanya! Rexy pun buru-buru menerjang, hingga bergulingan di aspal. Pertarungan yang seimbang, cukup membuat sedikit keributan di gelapnya taman.
Namun, tentu saja Rexy yang terlatih mampu keluar sebagai ‘pemenang’. Dan, KRAKKKK!
Satu leher lagi terpelintir!
Kini, Rexy tinggal berhadapan dengan penumpang Jeep terakhir, Kupluk Tiga, yang sepertinya ketakutan dan tak memiliki senjata api.
“Mo apa lu? Mo apa lu?” Rexy memprovokasi.
HEAAAA!
Orang itu melompat panik. Sebuah gerakan yang konyol, Rexy pikir. Tentu saja dengan mudah ia menghindar dan memberikan tonjokan yang cukup telak.
BUKGGHHH!
Drrrp… drrrp… drrrp…
Bola mata tajam Rexy sekelebat melirik ke belakang. Terdengar derap langkah kaki menghampirinya
Ebuset! .
SHIT!
Tiba-tiba, muncul Pria Kupluk lain mengayunkan kunci inggris berniat membokongi Rexy, yang masih sibuk menghajar-hajar Kupluk Tiga yang sudah tak berdaya! Rexy menggeram dalam hati. Untunglah, dirinya cukup siaga untuk segera mengelak, membuat hantaman alat bengkel Kupluk Empat tersebut malah mem-‘finish him’-i teman segerombolannya, si Kupluk Tiga!
JDANGGG!
Kupluk Tiga terkapar dramatis. Darah segar mengucur dari hidungnya. Membuat kewaspadaan Kupluk Empat—penjaga yang baru datang—yang melongo salah sasaran jadi sedikit lengah, dan menjadi sasaran empuk uppercut Rexy Dog nan dahsyat.
BUGGG!
Dagu Kupluk Empat terpelanting ke atas. Belum selesai, karena selanjutnya Rexy memberikan tendangan keras yang membuat tubuhnya terpental ‘melayang’ ke belakang, tercebur ke dalam kolam ikan.
BYAAAAAARR!
“AAAAAA! Tolooong… blblbp Toloooong!”
“Gue kasih permak muka, neh. Biar greget!” Rexy mendekat, dengan santai lalu ia mengangkat sebongkah batu berukuran PC komputer lama.
“J-Jangan! Blblblbp… gue kasih tau… gue kasih tau dimana ruangan boss gue blblblppp…,”
Sebelum Rexy menenggelamkannya, lelaki itu pun bersuara.
“Nah... gitu, kek, dari tadi!”
*****************
Malam yang indah, disinari bulatan bulan purnama yang sempurna. Setidaknya, begitulah yang dilihat Ayana dari kaca jendela atap di ruang tidurnya, ruangan tempat istirahat sang Pangeran. Beberapa menit lalu, baru saja ia digagahi dan dibuahi oleh Tuan Andre. Ayana menggeliat-geliat gelisah. Ya, ia puas. Ia mendapatkan sebuah orgasme yang dahsnyat. Namun, tetap saja ia gelisah memikirkan bagaimana caranya ia bisa melarikan diri dari tempat itu!
Tengah keras berpikir ia menatap bintang-bintang di langit. Namun tiba-tiba—
PRAAAAANGG!
Kaca jendela itu pecah! Ayana cepat-cepat berguling dan terjatuh dari ranjangnya! Dilihatnya, sesosok lelaki tampan berpakaian hitam-hitam ala ninja tiba-tiba muncul terjatuh dan menimpa kasurnya!
DUGGGGGG!
“S-siapa kamu?!”
Ayana membuka mulutnya. Namun seketika, suara di lehernya ia hentikan. Instingnya mengatakan, lelaki ‘ninja’ ini adalah orang baik-baik! Dan ia datang untuk menyelamatkan semuanya!
“Sssssh… jangan berisik cantik. Saya Rexy. Pasukan khusus. Dimana Andrei Dyastov sekarang?”
Ayana merangkak waspada. Ia sama sekali tak bergerak. Seraya melirik-lirik tajam ke arah sebuah pintu, ia mendesis. “Dia ada dikamar man— AWAAAASSSS!”
DOR! DOR DOR! DOR!
Keluarlah sang Pangeran. Dengan senjata yang tergenggam di tangannya.
“Hahahaha! Kau tidak bisa membunuhku, Cecunguk! Tidak bisa! Kuhancurkan kamu!”
Rexy berguling sigap.dengan gerak cekatan, ia lalu menggelinding-gelinding cepat dan menerjang Andrei Dyastov. Kecepatan Rexy sungguh diatas rata-rata manusia normal. Mungkin, dia sejenis mutan. Atau, robot. Atau apalah. Yang jelas, kecepatannya sungguh menajubkan. Ditambah lagi gerakan Andrei yang kaku, maka kini terjadilah pergumulan itu!
Kecepatan, mungkin boleh menjadi milik Rexy. Namun, tidak kekuatan. Rupanya, Andrei Dyastov dengan segenap tenaga dan raga sebagian mesinnya, mampu unggul dan kini berbalik mencekik Rexy.
“Hkkkkk HGGHHG Hkkkkk!”
Rexy tampak mengalami kesulitan bernapas.
“Gimana, Hah? Ada kata-kata terakhir sebelum kematianmu?” sang Pangeran menyeringai. Lalu, ia memperkuat cekikannya.
“Hkkkkk HGGHHG Hkkkkk! HKKkkk! Hkkkk! Hkkk!”
“Satu temanmu yang tertangkap kemarin, kini telah menjadi budak seks saya, hahahaha! Betapa legitnya gigitan liang kemaluan rekanmu itu, bocah! Aku hendak menghamilinya! Aku hendak menanamkan benihku dalam rahimnya!”
“Hkkkkk HGGHHG Hkkkkk! HKKkkk! Hkkkk! Hkkk!”
“Ada kata-kata terakhir?”
“Hkkkkk HGGHHG Hkkkkk! HKKkkk! Hkkkk! Hkkk!”
(Terjemahan : Gimana gua bisa ngomong kalo leher gua lo cekek kaya gini!)
“Hahaha, baiklah. Selamat jalan, Bocah Tolol! Aku akan membunu—”
JLEBBBBB!
Sebuah tuskan pisau, seketika tertancap di leher sang Pangeran. Lelaki itu pun lalu ambruk terjatuh. Tubuhnya mengejang-ngejang seperti ada aliran listrik yang menyiksanya. Ayana tak tahu. Ayana tak tahu apa lagi yang harus ia lakukan. Ia pun sungguh tak menyangka, lelaki sekuat ini bisa langsung terkapar seketika akibat sebuah tusukan pisau. Mungkin, tusukan itu mengenai bagian vitalnya.
“Fiuuuh, akhirnya…,”
Rexy segera bangkit berdiri.
I used to rule the world
Seas would rise when I gave the word
Now in the morning I sleep alone
Sweep the streets I used to own
I used to roll the dice
Feel the fear in my enemy's eyes
Listen as the crowd would sing
"Now the old king is dead! Long live the king!"
One minute I held the key
Next the walls were closed on me
And I discovered that my castles stand
Upon pillars of salt and pillars of sand
Seas would rise when I gave the word
Now in the morning I sleep alone
Sweep the streets I used to own
I used to roll the dice
Feel the fear in my enemy's eyes
Listen as the crowd would sing
"Now the old king is dead! Long live the king!"
One minute I held the key
Next the walls were closed on me
And I discovered that my castles stand
Upon pillars of salt and pillars of sand
( Viva La Vida - Coldplay)
TAMAT
TAMAT
0 Response to "Cerita Dewasa Artis Penculikan JKT48"
Post a Comment