Tak terasa sudah 6 bulan sejak pertemuan terakhirku bersama Alan dan Rubben. Dan selama 6 bulan itu pula aku tak dapat sekalipun menghubungi atau bahkan menemukan Rubben. Lambat laun bayangan wajah ganteng Rubben menjadi sirna tergerus waktu dan dinamika perjalanan hidup.
Seminggu yang lalu aku telah take off menuju negeri impian para designer yaitu milan,Italia. Demi menggapai cita-cita dan harapanku, rela kuambil cuti kuliah dengan tekad bulat memperdalam ilmu designer di Italia. Yaa, aku mendapatkan beasiswa untuk belajar mengenai tetek bengeknya design dan fashion ke Milan, Italia. Setelah aku menemui dosenku Pak Prapto beberapa waktu yang lalu.
Aduhh, kok aku jadi kangen gini ama Alan, lagi ngapain ya dia sekarang? dia juga sih yang menolak ikut ke Itali karena ga bisa ambil cuti kuliah mengingat begitu banyak program kunjungan dan study banding yang harus ia jalani. Ah.. ya sudahlah, toh semua orang juga punya cita-cita. Dan akupun yakin jika emang jodoh dengan Alan, pasti kami akan bertemu lagi di Jakarta dengan kesempatan dan moment yang lebih baik, ucapku dalam hati sambil mata ini menerawang menyibak padatnya gedung bertingkat yang ada di sekitar apartemen yang aku tempati.
Ehhh.. Rubben kan orang Itali yahh? tapi dimana ya tepatnya?? tanyaku dalam hati sembari kepala ini terus melongok keluar jendela memandangi gedung-gedung yang ada.
###
Ctuing..
Sebuah pesan BBM masuk mengagetkan Alan yang sedang asyik bermain monopoli di Hp nya.
“Hi brother.. Apa kabar mu? beruntung ya kita bisa berkontak lagi. Ketidaksengajaan di facebook bisa membuat kita bisa menjalin komunikasi kembali” Sebuah tulisan chat terbaca oleh mata tajam Alan.
“Yuppp Rubben. Kangen juga sama kamu nih. Barusan kenal, akrab, ehh ilang. Untung banget kita bisa dipertemukan melalui jasa FB.” Balas Alan sambil bersorak girang. Ia berpikir bahwa Paula tentu akan senang juga mendaptkan berita ini.
“Oh I see, mungkin kita memang berjodoh untuk bertemu kembali” timpal Rubben mengamini perkataan Alan sebelumnya.
###
Kembali pada bilik kamar apartemenku. Disini aku mneyewa jasa Apartemen yang aku bayar berdua bersama teman sekamarku bernama Antoinella. Ia anak yang asyik dalam bergaul. Tubuhnya jauh lebih tinggi dariku. Berbadan seksi dan montok menggoda. Aku cukup akrab dengannya. Semakin lama, semakin kuat ikatan persahabatan kami hingga seolah aku memiliki pengganti keluarga di negeri yang jauh dari Indonesia ini.
Antoinella yang seorang bule tulen sudah terbiasa menjalani kehidupan bebas di Italia. Mungkin akan berbeda jauh dengan adat ketimuran kita yang seolah tabu dalam berpakaian minim menggoda, lebih-lebih bergaul bebas dengan lawan jenis.
Semakin lama aku bergaul dengan dia membuat aku semakin terbiasa pula menyesuaikan adat kebiasaan Antoinella dalam berpakaian dan membahas seputar seksualitas.
Seperti malam itu, aku dan Antoinella asyik bersenda gurau berdua di atas ranjang kamar apartemen. Sesekali ia menggodaku dengan tiba-tiba melakukan gerakan menyingkap rok pendekku meski dalam kerangka candaan. Atau sesekali pula ia memitingku sedemikian rupa dan kemudian menggodaku lagi dengan meremas keras buah dadaku.
Lama kelamaan hal-hal seperti itu menjadi kebiasaan lumrah dan santai terutama bagiku. Dan karena malam itu AC diruangan kamar sedang rusak membuat udara menjadi cukup gerah, dengan santai Antoinella melucuti pakaiannya dan hanya menyisakan lilitan bra minim berikut g-string dibagian bawahnya. Ia pun memintaku melakukan hal serupa. Awalnya aku canggung melakukan itu, namun mengingat di kamar itu hanya ada kami berdua, maka akupun dengan nekad mengikuti apa yang ia sarankan.
Tubuh Antoinella yang begitu sempurna menurutku terlihat sangat serasi dalam balutan busana pakaian dalamnya. Buah dadanya yang lebih besar dariku terlihat membulat putih dan indah dipandang mata. Belum lagi belahan kedua buah pantatnya yang terlihat sangat menawan membentuk dua jalur curam di sisi kanan dan kiri dan melandai saat mendekati pinggangnya yang ramping. This is the real spain guitar.
“Hey... Paula, your body is good. Not very big size, but it’s cute !” puji Antoinella dan sukses membuatku bangga plus tersipu.
“Apalagi kamu coba sedikit bergaya deh, akan lebih kentara tuh keimutan dipadu ama keseksianmu !” imbuhnya lagi. Dan aku tak membalas ucapannya selain hanya dengan tersenyum.
“Ga percaya? coba deh sini kamu bergaya yang agak sensual gitu, aku fotoin pakai Hp biar kamu tahu kalau kamu itu cantik, cute, dan super seksi !” lanjut Antoinella lagi.
Atmosfir yang membawaku semakin melumrahkan apa saja yang di lakukan Antoinella. Dengan berpose se sange mungkin kucoba menunjukkan bahwa apa yang dikatakan Antoinella adalah benar adanya.
Antoinella memberikan isyarat agar aku menurunkan kedua tali bra ku hingga jatuh di lenganku. Sambil kedua tanganku bertengkurap nakal di sisi luar bra yang rada melorot. Antoinella segera beraksi dengan kameranya.
Suasana kamar yang semakin panas karena ulah seksinarsis kami semakin lagi bertambah panas tatkala Antoinella memberikan contoh dengan membuka seluruh penutup tubuhnya. Itulah pose terpanasku dimana aku harus rela saat kamera Antoinella menikmati polosnya tubuhku tanpa sehelai benangpun.
Tak ayal, bagian kewanitaanku lah yang di ekspos berulang kali oleh Antoinella dan kameranya. Dan tak tahu mengapa, aku mulai menikmati tradisi baru ini.
“Uuughhh Nellaa, apa yang kamu lakukan? Sshhhh.” Desahku lirih dengan tubuh menggelinjang saat tangan lentik Antoinella merayapi tubuh bugil ku yang kini terbaring pasrah diranjang.
Dengan lidah dan bibirnya Antoinella bergerak menyusuri belahan dada ku. Payudara ku memang begitu menggemaskan. Padat, kencang, berbalur kulit yang putih dan tampak licin. Aku lihat payudara ku tampak bergerak naik turun karena nafas ku yang makin tak beraturan. Puting Paula Verhoeven yang cantik ini pun terlihat mengeras dan berdiri menantang.
Aku sendiri begitu terbuai dengan permainan sahabat baru ku ini. Sialan. Basahnya lidah dan lembut bibir Antoinella yang menyusuri tubuhku yang mulai berkeringat menimbulkan kenikmatan. Sentuhan Antoinella begitu lembut, begitu halus namun terasa hangat dan membangkitkan gairahku yang meluap. Bahkan hembusan nafas Antoinella yang menerpa kulit ku pun sukses membuatku merinding.
“Ssttt… Nella. Kita nggak bol aaaahh……” kata-kata ku terhenti saat dia merasakan lidah Antoinella menjilat putingnya. Aku yang awalnya berusaha menghentikan tindakan Antoinella, akhirnya hanya bisa mendesah keenakan. Apalagi saat bibir Antoinella mulai menghisap putting payudara ku dan membuatya mengeras karena gairah. Aku juga bisa merasakan remasan jemari Antoinella yang bagaikan memijat payudara ku yang padat dan membuat ku melupakan rasa canggung dan larut dalam birahi.
Kini posisi Nella tengkurap di ranjang bagian bawah. Kepalanya berada di antara kaki ku yang mengangkang lebar dan tampak begitu vulgar. Dia begitu terpesona melihat vagina ku. Aku memang mencukur bulu yang ada dikemaluan kecuali sedikit di bagian atasnya yang aku potong rapi berbentuk segitiga kecil. Terlihat begitu sexy dan erotis pastinya.
Antoinella mengangkangkan kaki ku lebih lebar hingga kini vagina ku mulai membuka dan Nella bisa melihatnya dengan lebih leluasa. Memek ku begitu indah di matanya karena aku menatap binar matanya yang bercahaya. Belahan vagina ku memang masih tampak rapat dan bibir nya masih tampak rapi dan tak menggelambir sebab aku memang memperlakukan khusus daerah kewanitaan ku itu.
“Vagina kamu bagus banget, Laa. Kamu bener-bener pinter ngerawatnya.” puji Antoinella pada ku yang langsung membuatku merona merah
“Ouughh Nella… mmmm….sssshhhh……”, desis ku sambil menggelinjang saat Nella mulai memainkan lidah dan bibirnya.Permainan Antoinella benar-benar memberikan kenikmatan buatku. Antoinella begitu sabar membangkitkan gairahku. Dia tak terburu-buru menikmati memek wangi Paula Verhoeven ini yang sudah basah oleh cairan kenikmatannya.
Awalnya Antoinella hanya menciumi bagian dalam paha ku dan daerah sekitar memek yang membuat ku makin belingsatan. Kemudian perlahan mulai bergerak menyusuri belahan vagina. Aku dapat merasakan hangatnya lidah Antoinella yang menyapu belahan garis vagina ku secara penuh dari atas ke bawah, bahkan sampai ke lubang pantat. “Uugghhhh, Nellaaaa” rintihku tertahan. Tangan Antoinella juga meremas pantat ku yang membulat penuh dengan hangat dan mesra.
Aku sudah benar-benar larut dalam gairah birahi yang di ciptakannya. Antoinella sendiri juga begitu menikmati keadaan ini. Gadis berwajah cantik khas eropa itu seakan tak akan pernah bosan mempermainkan memek ku. Setiap desahan kenikmatan yang keluar dari mulut ku bagaikan stimulan yang makin membangkitkan gairah birahinya sendiri. Memek nya pun mulai basah hanya dengan mencumbu memek sahabat barunya.
“Slurrpp…..mmm…..” memek ku di seruputinya dengan penuh nafsu.
“Uugghhh…. Nella.. aahh…..”, desah ku makin keras. Apalagi saat Antoinella mulai memainkan klitoris mungil ku, menjilat bahkan menghisapnya kuat-kuat. Bahkan Antoinella juga mulai memasukkan jari-jarinya ke memek peret ku dan mengocoknya.
Sekitar 15menit Antoinella terus mempermainkan memek ku, sampai akhirnya tubuh ku yang lencir jangkung pun mulai menggeliat tak beraturan. Iya benar, aku merasakan gelombang kenikmatan orgasme yang dahsyat. Rasa nikmat itu menjalar ke seluruh tubuhku.
“Aaaagghh…. Nella… aku uggh…dapet.. ssshhhhhh” jerit ku saat orgasme itu datang. Tangan ku reflek menekan kepala Antoinella agar tak lepas dari memek ku. Paha ku yang jenjang pun tanpa ampun menjepit Antoinella.
“Hhmmpp…hhmmmppp…..”, gumam Antoinella. Antoinella dapat merasakan kalau aku mulai mendaki puncak kenikmatan. Tubuh ku mengejang dan menggelinjang liar dan entah bagaimana, hal itu bahkan memicu gelombang kenikmatan Antoinella sendiri.
“Oouughhhh Paulaaaa, aku dapp.. peeetsshhh!” jerit Nella dengan tubuh menggelepar.
“Huuaaah, nikmaat bangeet. Gimana Laa? Hmm?” Tanya Antoinella menggodaku.
“Gila Kamu..” jawab ku sambil tersenyum. Yaah itu adalah pengalaman pertamaku bercinta dengan perempuan.
###
Hari berganti dan terus berganti dengan cepat. Tak terasa sudah 2 bulan aku di Milan untuk belajar dunia modelling. Jadwal ku sangat padat di sini. Kadang aku merasa kesepian di negeri orang walau ada Antoinella yang terus menemani ku. Sesekali Alan menelpon ku tanya kabar. Aah aku sungguh kangeen sama cowok metrosexual itu. Aku juga kangeen sama Rubben. Aah gila, apakah aku mencoba saja poliandri? Hahaa, pasti aku akan dianggap sinting.
Selama 2bulan mempelajari dunia design & modelling, aku sudah menguasai sebagian besar materi apaa yang sudah di ajarkan para mentor. Aku begitu gila dalam belajar, bertanya & sangat kritis soal duniaku ini. Dan aku selalu mendapat penilaian terbaik saat di minta membuat design, saat mengatur koreografi, dan saat membuat tema-tema dalam pertunjukan fashion show.
Latihan dan latihan adalah kunci untuk meluweskan aku kelak saat mengadakan pertunjukan fashion show. Aku begitu mencintai duniaku ini. Jadi buat kalian, apapun pekerjaan kamu jika kamu ingin berhasil dan mencatatkan sukses maka cintailah duniamu, cintailah pekerjaan mu. Jangan mengeluh dan jangan jadikan ia sebagai beban.
Antoinella juga sangat baik padaku. Bersamanya di saat adaa waktu senggang, aku pasti mencari keberadaan Ruben. Lewat medsos, blog, dsb. Tapi semuanya nihil. Huuhu..huhu..
“Sabar ya Paulaa. Walau belum ketemu, pasti suatu saat kamu akan bertemu Ruben.” hibur cewek bule itu sambil membelai pundak ku.
“Apaa perlu aku hibur? Heh?” godanya genit sambil menaik turun kan alisnya dengan ekspresi lucu. Tangannya mulai menyusuri tengkuk ku
“Ogaah!” ucapku sambil melempar bantal kearahnya.
“Haahahaha.. Kamu lucu. Hahaaha, bener-bener lucu.” Antoinella terbahak..
Tiba-tiba hp ku berbunyi. Alan? Saat ku lihat id callernya. Senyumku pun terkembang.
“Alan?” tanya bule sarap sambil berbisik. Aku hanya mengangguk mengiyakan.
Ekspresi wajahku melongo saat mendengar penjelasan Alan. Kadang keningku mengerenyit, senyumku mengembang.
Dan akhirnya aku meloncat kegirangan. Apaa pasal? Karena Alan memberi tahu ku bahwa kerjasama kampus dengan EO yang mengadakan pelatihan saat ini juga membuka perwakilan di Indonesia. Dah Ya Tuhaan aku mendapatkan rejeki yang luar biasa. Bahwa EO ini memberikan hadiah yang membayangkan saja aku tak pernah. Yaitu akan mengadakan show tunggal atas nama ku. Tadi Alan memberi tahu kalau aku cuma di minta mencari model-modelnya saja. Dan luar biasanya lagii acara ini nantinya akan di liput FASHION TIVI. Thanks God.
Antoinella langsung memelukku erat tentang kabar bagus ini. Aku menawarinya untuk bergabung denganku di acara ini besok tapi dia cuma bilang kalau ingin membangun kariernya di sini.
Dia berjanji akan segera mengunjungi ku setelah menyelesaikan pekerjaannya yang berkaitan dengan modelling juga. Aku memeluknya erat, sambil mengucapkan terima kasih sudah mau mendampingi di Milan kota yang begitu eksotis.
“Terus kapaan kamu pulaang?”
“Dua hari lagii Nell. Thanks ya Nella udah ngedampingi ak selama 2 bulan disini. Udah mau aku repotin nyari Ruben kesana kemari. Kamu udah baek bangeet sama aku.” tak terasa aku terisak lirih.
“Iya Paula sama-sama. Aku gak merasa di repotin kok. Aku seneng bangeet punya sahabat beda negara, beda benua kaya kamu.” Antoinella langsung memeluk ku erat. “Dan aku juga bangga bangeet sama kamu. Bentar lagii mimpimu terwujud.” lanjutnya.
“Kamu mau gak join di acaraku besok?” tanyaku meminta. Dia tersenyum.“Aku masih banyak kerjaan disini. Lagian itu adalah event special buat kamu untuk mewujudkan cita-citamu Paula. Tapi aku janji akan segera mengunjungimu ke Indonesiaa.” ujarnya sambil tersenyum. Kami langsung berpelukan sekali lagi. Aku tunggu janjimu Antoinellaa.
###
Aku sudah di Indonesiaa, dan senangnya sungguh terasa saat bertemu Alan walau sebenarnya dia bukan siapa-siapa aku. Hiks hiks hiks. Setiba di Indonesiaa aku langsung menghadap dosen dan dekan ku. Teman-teman ku pun langsung memberikan ucapan selamaat kepadaku. Duch senangnya hati kyuu.
“Selamaat ya Paula Verhoeven.” ucap Pak Prapto dosen ku sambil tersenyum.
“Sama-sama, Pak. Berkat arahan bapak juga.” balas ku dengan mata berbinar.
“Kamu sungguh berbakat dan luar biasa. Perusahaan dan EO anak perusahaan itu sampai membuatkan event khusus buat mu.”
“Saya juga gak nyangka Pak. Hehehe.” aku tak sanggup menyembunyikan kebahagiaan ini.
“Perwakilan EO nya sudah melakukan pertemuan dengan saya untuk membahas segala sesuatunya di event tunggal kamu, termasuk mencari para modelnya. Akhirnya saya memilih Era Moda untuk memback-up kamu. Lagian kamu udah kenal baik kan sama anak-anak Era Moda?”
“Hah? Era Moda Pak? Serius? Aduh makasiih banyak Pak atas waktunya untuk mengatur semuanya. Iya saya kenal semua orang-orangnya Era Moda.” ujar ku terbelalak. Siapaa sih yang gak tahu Era Moda?
“Kamu harus segera nyiapin diri semaksimal mungkin. Besok akan adaa banyak selebriti yang hadir, di liput fashion tv juga. Kamu adalah fenomenal. Dan do the best semaksimal mungkin.” ucap beliau yang aku hormati itu seraya kembali menyalami aku.
“Baik Pak, saya akan kerjakan semampu saya dan saya akan buktikan bahwa orang indonesiaa pun bisa memiliki designer kondang. Saya mohon diri Pak, sekali lagii terima kasih atas semuanya.” aku pun memohon pamit pulang. Hmm.. Saatnya bekerja. Mimpi di latas langit nastepa akan segera terwujud.
###
Siang ini, di temani Alan aku sudah berada di Era Moda, yang bisa dibilang sama ramainya dengan mall-mall pas tanggal muda. Aku memang sengaja datang kesini untuk konfirmasi berapa model yang akan disediakan Era Moda untuk membawakan rancangan baju dari designer ku. Tentunya sekalian window shopping.
Beberapa model dengan tubuh langsing terlihat berseliweran dengan dandanan cuek bebek namun tetap saja terlihat gaya. Dari pada bengong, aku meraih tabloid fashion yang teronggok diatas meja didepanku yang bersampul wajah Atikah Hasiholan, dan mulai asyik membolak-balik lembar demi lembar untuk mencermati berbagai model baju yang tampak keren-keren semua-muanya.
Pada saat aku membaca artikel tentang botox dan silicon, seorang model yang bertubuh kurus sedang berbincang dengan cowok feminin. Aah aku jadi teringat sama Alan yang kadang-kadang begaya ngondeg. Hihihiii^^^
“Mmm.. oke, udah disiapin 50 model untuk Paula Verhoeven, dan bertempat di Embassy.” Jawab Adrian bagian pendistribusian para model dengan kalem.
“Waow! Kereeen. Embassy, I love it.” Aku begitu antusias mendengarnya.
“Eeh, temanya apa tadi?” lanjutnya.
“Freedom for free.” Tukasku.
“Terus untuk persiapan dari pihak elo gimana, Paula?”
“Udah 80% sih, Mas. Tinggal dikit yang perlu di beresin. Ntar dari aku juga nyiapin beberapa model juga.” Aku menjawabnya sambil merapikan beberapa berkas sketsa baju, dan memasukkannya kedalam tas. Rambut panjang ku sengaja aku kuncir keatas biar tidak gerah padahal nih, padahal untuk menarik perhatiannya sih. Hihii… Dan dari sudut mata, aku tahu kalau Adrian terlihat asyik memandang tengkuk ku yang putih dengan helai rambut-rambut kecil yang halus.
Udah ahh ngeliatinnya, Mas. Ntar nafsu lohh! Hihihiii.
“Oke, mantap tuh. Semoga lancar dan sukses.” Adrian menjabat tanganku. Hangat dan senyumnya begitu menawan.
0 Response to "Cerita Dewasa Artis paula Varhoeven 2"
Post a Comment